Diposkan oleh
TONGKAL09 BLOG
|
0
komentar
KREATIVITAS GURU DALAM MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 2 PENGABUAN DESA SENYERANG
KECAMATAN PENGABUAN KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
S K R I P S I
Di Ajukan Untuk Melengkapi Sebagian Peresyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
O l e h
DEDI EFENDI
NIM : 01.25.244
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) AN – NADWAH KUALA TUNGKAL
KOPERTAIS WILAYAH VII
SUMBAGSEL
2007/2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Didalam
GBHN disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila,
bertujuan untuk "meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani". (GBHN
tahun 1990 BP – 7 pusat, t.th : 105).
Di dalam Undang-undang
pendidikan No 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasional BAB II
pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidiakan Nasional bertujuan untuk
"berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. (Tim Penyusun, Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2003 : 6)
Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan
disusun sebagai usaha sadar untuk memungkinkan bangsa Indonesia
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya secara
terus-menerus dari suatu generasi ke generasi berikutnya, pendidikan
sebagai alat dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai
cita-cita.
Karena pada hakekatnya tujuan pendidikan dicapai melalui
proses belajar mengajar, maka administrasi pendidikan merupakan/adalah
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/ diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh disertai pembinaan secara kontinue
untuk mencapai tujuan pendidikan yang di tetapkan, dengan memanfaatkan
dan mendaya gunakan segala sumber material dan non material secara
efektif dan efesien dalam proses belajar mengajar khususnya, dan dalam
pendidikan pada umumnya
Peran serta fungsi guru dalam mencerdaskan
anak didik sangat dominan dan menentukan serta mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan kualitas pendidikan.
Setiap kreativitas guru harus menjadi suri tauladan bagi anak didiknya,
begitu pula sikapnya dalam proses pembelajaran, hal ini akan dapat
mempengaruhi terhadap minat belajar siswa, tindakan guru sehari-hari,
tingkah laku, tutur kata dan berpakaian menjadi ukuran bagi anak didik.
Dikatakan
demikian karena guru berperan sebagai penyalur atau transpormasi dalam
penyampaian pengetahuan kepada anak didik dan juga sebagai pendidik,
pembimbing dalam arti yang luas untuk mendewasakan anak secara utuh.
Dalam
berbagai praktek dan pelaksanaan mengajar khususnya dan para pendidik
pada umumnya, guru lebih banyak menyampaikan pengetahuan kepada anak,
akan tetapi kurang memperhatikan sikap dan tingkah laku anak, bahkan
guru sering bertindak masa bodoh atas prilaku anak didiknya.
Perlu
diketahui bahwa keteladanan dalam berbuat, dan bersikap merupakan suatu
keharusan bagi seorang guru karena apabila anak terkait dengan
keteladanan yang baik, maka besar kemungkinan anak tersebut akan muda
diarahkan dan ia akan mampu mengontrol dirinya untuk berbuat dan
bertindak sesuai dengan ajaran yang benar. Sesuai dengan kesucian
fitrahnya bahwa setiap insan, berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT.
Maka potensi tersebut hendaknya disadari dan dipahami oleh setiap guru
dan kita semua umumnya, bahwa setiap anak akan bisa diarahkan dan bisa
didik menjadi baik. Sekalipun anak tersebut terlahir dari orang tua yang
biasa berbuat maksiat.
Bagi seorang guru dalam kreativitas
sehari-hari dan cerminan tingkah laku yang kurang baik, akan membawa
pengaruh negatif dalam hubungan sosialnya dengan anak didik dalam proses
pembelajaran serta krisis bagi kwalitas pendidikan disekolah.
Oleh
karena itu, khususnya dalam proses pembelajaran, guru dalam mencapai
materi harus memiliki krativitas baik dalam persiapan mengajar, proses
pembelajaran, penerapan metode dan penyajian. Karena kretaivitas guru
dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh peranan dan fungsinya
sangat besar terhadap pertumbuhan semangat belajar anak didik. Guru
dituntut harus memiliki pengetahuan untuk menganal anak didiknya
sehingga guru lebih mudah dalam menciptakan situasi belajar yang dapat
merangsang anak didik untuk secara aktif mengikuti pelajaran dengan
penuh perhatian dan minat belajar besar. A. D. Marimba, (1981 : 38)
mengatakan :
“Seorang guru memiliki tugas antara lain : membimbing,
mengenal siswa, mengenal kebutuhan dan kemampuannya dan menciptakan
situasi pendidikan. Untuk hal yang terakhi ini seorang guru dapat
melaksanakan dengan cara menerapkan metode pelajaran yang sesuai dan
bervariasi yang mampu menciptakan suasana belajar yang merangsang siswa
untuk mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan minat belajar yang
besar”.
Permasalahan yang penulis temukan adalah proses
pembelajaran dimana guru SMP Negeri 2 Pengabuan Desa Senyerang masih
menganggap dan memperlakukan siswa seakan-akan kelas homogen. Bahkan
belajar masih seragam (unifrom) bagi semua siswa. Kemudian siswa
dituntut dan diharapkan untuk belajar dengan waktu dan kecepatan yang
sama. Padahal telah diketahui bahwa diantara mereka itu memiliki
perbedaan baik kebutuhan, kemampuan, bakat dan minat maupun yang
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya minat dan perhatian
siswa untuk aktif mengikuti pelajaran. Didalam situasi dan keadaan
belajar demikianlah akan dapat dilihat kreatif atau tidaknya guru SMP
Negeri 2 Pengabuan dalam mengolah proses pembelajaran disekolah.
Permasalahan lain yang penulis temukan adalah masih terdapatnya siswa
yang malas, mengantuk dan suka minggat (bolos) pada jam pelajaran. Yang
memperhatinkan kurangnya minat belajar siswa SMP Negeri 2 Pengabuan, ini
menunjukan kurangnya kreativitas guru dalam mencipatakan model dan
kondisi belajar yang baik dan nyaman bagi siswa SMP Negeri 2
Pengabuan. Selain itu masih kurangnya upaya guru SMP Negeri 2 Pengabuan
dalam membantu kesulitan dan permasalahan siswanya dalam meningkatkan
minat belajarnya.
Fakta lain juga mengindikasikan para guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa yang lambat dalam menerima dan
mencerna pertanyaan pada saat kegiatan pembelajaran sehingga mereka ini
merasa kurang dihargai dalam kelas mereka. Sebaliknya tidak jarang para
guru yang tidak mampu menerima ide-ide atau pendapat siswa yang
tergolong cepat dalam menerima pelajaran dimana pendapat mereka diluar
jangkauan dan wawasan guru yang bersangkutan. Persoalan semacam ini
harus dipahami secara cermat oleh segenap pengelola lembaga pendidikan.
Kreativitas
guru dalam proses pembelajaran dalam hubungannya dengan minat belajar
siswa dalam peneliitian ini akan dilihat dari berbagai faktor antara
lain adalah persiapan guru dalam mengajar, dan penerapan metode mengajar
serta kendala yang dihadapi.
B. Pokok-Pokok Masalah
Dari
latar belakang masalah pemilihan judul seperti dikemukakan diatas, yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah :
1. Bagaimana proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Pengabuan?
2. Bagaimana kretivitas guru dalam meningkatkan minat belajar siswa di SMP Negeri 2 Pengabuan?
3. Apa kendala yang dihadapi oleh guru dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dan usaha mengatasinya?
C. Batasan Masalah
Untuk
memudahkan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, serta menghindari
kesalah pahaman. Maka penulis anggap perlu memberikan batasan masalah.
Adapun
yang menjadi objek penelitian ini mengenai kretivitas guru dalam
membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran disini penulis
mengambil dua orang guru, yaitu guru bidang studi agama Islam dan guru
bidang studi Matematika.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian penulisan skripsi ini adalah sebagai serikut :
a. Ingin mengetahui bagaimanan proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Pengabuan.
b. Ingin mengetahui bagaimana kreativitas guru dalam meningkatkan minat belajar siswa di SMP Negeri 2 Pengabuan.
c. Ingin mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dan usaha mengatasinya.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Pengabuan.
b.
Untuk mengetahui bagaimana Kreativitas guru dalam meningkatkan minat
belajar siswa di SMP Negeri 2 Pengabuan. Serta kendala yang dihadapi
oleh guru dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dan usaha
mengatasinya.
c. Untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada
STAI An-Nadwah Kuala Tungkal.
E. Kerangka Teori
Supaya
penelitian ini dapat terarah dan terfokus pada pokok permasalahan yang
telah dirumuskan, maka perlu kerangka teori yang dapat dijadikan dasar
dalam analisis dan menarik kesimpulan.
Kemampuan seorang guru dalam
mengelola proses pembelajaran hendaknya guru dapat menciptakan situasi
pembelajaran yang dapat merangsang siswa baik pikiran, perasaan,
sehingga dapat membawa dan mengarahkan pikiran dan kreativitasnya
terhadap pelajaran yang disajikan. Dengan maksud agar siswa akan
terangsang untuk ikut aktif mengikuti pelajaran dengan kesungguhan,
semangat dan minat belajar yang besar.
Seorang guru tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajar saja, tetapi guru juga harus
memiliki kreativitas dalam mengelola proses pembelajaran, mampu
mentransportasikan ilmunya dan memotivasi siswa untuk selalu aktif
terlibat dalam proses pembelajaran.
Minat merupakan dasar yang sangat
memungkinkan keberhasilan dalam peroses pembelajaran. Minat tidak hadir
begitu saja atau dibawa sejak lahir, tetapi minat dapat lahir atau
timbul setelah adanya rangsangan.
Suhartini Arikunto, (1983 : 57)
dalam bukunya yang berjudul “Serba Serbi Pendidikan” mengatakan bahwa :
“... Minat tersebut timbul setelah adanya rangsangan dari luar, bukan
dibawa sejak lahir”.
Dalam beberapa teori mengenai kreativitas guru
dalam persiapan mengajar dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa
dalam belajar, yaitu :
Dalam proses pembelajaran motivasi sangat
penting sebagai daya penggerak tingkah laku dan pikiran serta emosi yang
berpengaruh secara dinamik, jadi setiap kreativitas dan kesiapan guru
dalam mengajar harus diarahkan untuk membangkitkan minat belajar. Minat
adalah suatu landasan yang paling memungkinkan demi keberhasilan suatu
proses belajar. Jika seseorang guru memiliki rasa ingin belajar ia akan
cepat mengerti dan mengingatnya. Belajar akan merupakan siksaan dan
tidak akan memberi manfaat jika tidak disertai sipat terbuka bagi
bahan-bahan pelajaran.
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu
rangkaian fase yang mesti ditempuh oleh siswa yang belajar dengan guru
yang mengajar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu itu diperlukan suatu perencanaan
yang harus disusun dan dirumuskan berdasarkan kepada tujuan pendidikan
itu sendiri, perbedaan individuan, perkembangan intlektual, perbedaan
kebutuhan, bakat dan minat siswa. Untuk itu seorang guru harus memiliki
kreativitas agar dapat mengetahui hal tersebut, sehingga ia dapat
merumuskan serta merencanakan persiapan mengajar yang sesuai dan tepat
dengan tingkat perkembangan siswa.
Kreativitas guru dalam merumuskan
dan merencanakan persiapan mengajar secara jelas dan sepesifik akan
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil /
tidaknya proses pembelajaran. Seperti dikutip dari Kamus Besar Indonesia
(1998 :529) sebagai berikut : “Kreativitas adalah kemampuan untuk
mencipta, daya cipta, perihal berkreasi ; keareatifan.
Pada saat
kegiatan belajar mengajar tidak jarang para guru kurang memberikan
kesempatan untuk berpartisipasi kepada siswa, akibatnya tidak sedikit
siswa sering bolos pada jam pelajaran tengah berlangsung. Sebab mereka
merasa kurang dihargai dalam kelas. Seharusnya program belajar mengajar
merupakan suatu kontak sosial antara guru dengan siswa dalam rangka
mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kreativitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
hendaknya dapat memperlakukan siswa sebagai subjek didik yang memiliki
potensi, bakat dan minat yang perlu ditumbuh kembangkan dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan secara maksimal, bukan
sebaliknya memperlakukan siswa sebagai objek didik. Hal itu sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ansori W. Roem, senbagai berikut :
Dalam
kenyataan masih banyak kegiatan pembelajaran dilaksanakan tanpa
memisahkan materi pelajaran atau membedakan materi pelajaran antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain, artinya bahan pelajaran masih
seragam untuk semua kelas yang tingkatannya sama. Ini terlihat pada SLTP
Negeri 2 Pengabuan. Hal ini akan membawa rasa malas belajar dan rasa
rendah diri bagi siswa yang lambat dalam menerima pelajaran serat akibat
negatifnya.
Oleh karena itu seorang guru harus memiliki kreativitas
dalam mengelola proses pembelajaran agar mental siswa tetap setabil dan
siswa tidak lari dari pelajaran. Kreativitas guru disini yaitukemampuan
yang dimiliki oleh guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan
memperhatikan dan mengetahui perbedaan dan perkembangan siswa, sehingga
guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dan tepat dengan
tingkat kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad SAW.
dari Aisyah yang berbunyi :
ﻨﺤﻦﻤﻌﺷﺎﺮﻷﻨﺒﻴﺎﺀﺍﻤﺮﻨﺎﺍﻦﻨﻨﺰﻝﻠﻨﺎﺲﻤﻨﺎﺰﻠﻬﻡﻮﻨﮑﻠﻬﻡﻋﻠﻰﻗﺮﻋﻘﻠﻬﻡ
Artinya
: “Kami para Nambi disuruh menempatkan masing-masing orang pada
tempatnya dan berbicara dengan mereka menurut tingkat pemikirannya”.
(Al-Ghazali, 1983 : 218)
Dengan demikian maka seorang guru
perlu menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kecerdasannya, sebab materi pelajaran yang sukar akan menjadi siswa
tidak dapat atau sukar mamahaminya. Hal seperti itu akan menyebabkan
siswa lari dari pelajran itu.
Selanjutnya Al-Ghazali, secara tegas
menegaskan : “Kewajiban pertama-tama bagi seoarang juru pendidik ialah
mengajarkan kepada anak-anak apa-apa yang mudah dipahaminya, oleh karena
itu mata pelajaran yang sukar akan menyebabkan kericuhan mental/akal
dan menyebabkan anak-anak lari dari guru... “. (Al-Abrasyi, 1990 : 88)
Menciptakan situasi belajar yang dapat merangsang siswa untuk selalu
aktif mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan minat belajar yang
besar. Hal itu merupakan tantangan bagi seorang guru dalam proses
belajar mengajar. Setiap situasi mempunyai unsur-unsur pokok dan guru
perlu memiliki kreativitas untuk menghubungkan kesemua unsur belajar
tersebut secara dinamis yang dapat beradaptasi dengan situasi dan
kondisi belajar.
Jadi guru dalam usahanya menciptakan situasi
pendidikan kreatif dalam mengelola proses pembelajaran dengan
menghubungkan ketiga unsur dari situasi pendidikan secara dinamis.
Penerapan
metode pengajaran dalam suatu bidang studi dapat dilihat dari
kreativitas guru dalam menerangkan bahan pelajaran, hubungan intraksinya
dengan siswa, memberi dorongan dan rangsangan serta pujian. Memberi
ataupun menerima ide-ide dan pertanyaan siswa dalam usaha membangkitkan
minat, semangat dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang disajikan.
Dalam pada itu seorang guru harus lebih bersikap bijaksana didalam
mengambil suatu keputusan. Begitu pula terjadi salah pengertian dan
salah paham antara guru dengan siswa, harus menjadikan siswa memandang
adil hasil keputusan yang diambil guru juga adil dalam memberi nilai
hasil belajar.
Selanjutnya pembelajaran akan mengalami kesukaran,
apabila rasa ingin tahu siswa tidak dapat tumbuh dengan wajar dalam
usaha guru membangkitkan minat belajar siswa. Rasa ingin tahu siswa bisa
berupa ide-ide atau pertanyaan siswa, baik tentang materi pelajaran
yang tengah disajikan maupun yang telah disajikan oleh guru.
Dari
beberapa teori yang dikemukan tentang penerapan metode mengajar diatas
dapat ditarik suatu kesimpulan/kerangka teori, bahwa :
Seorang guru
yang sangat miskin akan metode pencapaian tujuan, yang tidak menguasai
berbagai teknik mengajar atau mungkin tidak mengatahui adanya
metode-metode itu, akan berusaha mencapai tujuan dengan jalan yang tidak
wajar. Hasil pengajaran yang serupa ini selalu menyedihkan guru, guru
akan menderita dan murid pun demikian. Akan timbul masalah disiplin,
rendahnya mutu pelajaran. Kurangnya minat anak-anak, dan tidak ada
perhatian dan kesungguhan belajar.
Kreativitas guru dalam hubungan
intraksi dengan siswa memiliki perang dan fungsi yang sangat penting
dalam usaha membangkitkan dan merangsang minat belajar siswa. Sebagai
simbol moral guru harus menjadi tokoh idola bagi siswa dalam proses
pembelajaran. Tingkah laku, tutur kata, cara berpakaian dan berjalan
menjadi ukuran bagi siswa.
Apabila hubungan intraksi antara guru
dengan siswa terjalin secara harmonis, maka guru akan lebih mempengaruhi
dan membawa pikiran serta perhatian siswa terhadap apa-apa yang guru
berikan dalam proses suatu pembelajaran. Hubungan harmonis menggambarkan
adanya keakraban, kasih sayang dan rasa aman. Dengan begitu timbul rasa
simpatik siswa terhadap guru, yang pada akhirnya menjadikan hubungan
tersebut untuk saling berkerjasama antara kedua belah pihak, sehingga
hubungan itu produktif dan kreatif.
a. Kreativitas
Sebagaimana
diungkapkan oleh James R. Ervan bahwa kreativitas adalah keterampilan
untuk menentukan pertalian baru jika melihat subjek dari prespektif baru
yang membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang
telah tercetak dalam pikiran. (Fatmawati, 2005 : 33)
Yang dimaksud
dengan kreativitas dalam tulisan ini adalah kreativitas guru dalam
proses pembelajaran, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seorang guru
dalam mengolah proses pembelajaran agama Islam dalam usahanya mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan secara maksimal.
Kemampuan dalam
mengolah proses pembelajaran artinya, kemampuan seorang guru mulai dari
merumuskan persiapan mengajar, kegiatan pembelajaran, memilih dan
menerapkan metode pengajaran yang tepat dan sesuai, mampu berintraksi
dengan siswa secara harmonis baik didalam maupun diluar sekolah.
Sehingga ia dapat menciptakan situasi belajar dan merangsang siswa untuk
selalu aktif terlibat dalam mengikuti pelajaran dengan semangat,
perhatian dan minat belajar yang besar.
b. G u r u
Guru
ialah seorang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah
(Ametembun 1973 : 3).
Berdasarkan pendapat diatas guru yang
dimaksudkan dalam tulisan ini adalah guru yang mengajarkan pendidikan
disekolah, yaitu orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
terhadap pendidikan anak didik disekolah.
c. Proses Pembelajaran
Yang
dimaksud dengan proses pembelajaran ialah langkah-langkah yang ditempuh
oleh guru – siswa ketika berlangsung kegiatan belajar mengajar.
(Harapan. 1980 : 3)
Dasar pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan
proses pembelajaran agama Islam ialah suatu rangkaian fase / peristiwa
yang harus dilalui oleh guru yang memberikan pelajaran dan siswa yang
menerima pelajaran. Rangkaian fase / peristiwa tersebut meliputi :
persiapan mengajar, kegiatan pembelajaran, pemilihan dan penerapan
metode pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan secara maksimal.
d. Minat
“Minat ialah kecenderungan jiwa kepada sesuatu karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu”. (Marimba, 1981 : 79)
Dari
teori diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
minat belajar ialah kecenderungan jiwa tingkah laku dan pikiran anak
didik untuk belajar karena ia merasa tertarik dan merasa senang yang
timbul disebabkan adanya rangsangan dari luar dirinya.
e. Belajar
Belajar
menurut Hilgard dan Bower, “Belajar menghubungkan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kemetangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang”. (misalnya : kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
(Purwanto, 1996 : 84).
Dari teori tentang konsep belajar yang telah
diuraikan diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan belajar disini ialah suatu proses psikis yang terjadi karena
adanya stimulasi dan respon dalam intraksi subjek didik dengan
lingkungannya. Proses itu menghasilkan perubahan-perubahan pola tingkah
laku baik yang bersifat kongnitif, efektif maupun yang bersifat
fisikomotor.
Dari definisi kreativitas yang dijelaskan tadi maka
yang menjadi indikator bahwa seseorang dikatakan mempunyai kreativitas
adalah :
1. Kefasehan – kecepatan dan kelancaran yang anda gunakan untuk “menggambarkan” gagasan-gagasan baru dan kreatif.
2.
Keluwesan – kemampuan anda untuk melihat segala sesuatu dari berbagai
sudut, merenungkan segala sesuatu dari titik pandang yang berlawanan,
menerima konsep-konsep lama dan menyusunnya kembali dengan cara baru,
dan memutar balikkan gagasan yang sudah ada. Keluwesan juga mencakup
kemampuan untuk menggunakan semua indera guna menciptakan gagasan baru.
3.
Keaslian – inilah jantung semua pemikiran kreatif dan mewakili
kemampuan anda menghasilkan gagasan yang unik, luar biasa, dan eksentrik
(yaitu jauh dari pusat) meskipun banyak orang menganggap orang-orang
eksentrik semacam itu “tidak dapat kendalikan”, justru sebaliknyalah
yang benar. Keaslian sering kali timbul dari sejumlah besar energi
intelektual yang terarah, energi ini lazimnya memperlihatkan kemampuan
berkonsentrasi yang tinggi.
4. Memperluas gagasan, pemikiran,
kreatif mampu membangun, mengembangkan, melengkapi, memoles dan umumnya
memperdalam serta memperluas gagasan. (Buzan, 2003 : 34)
Selanjutnya
hubungan antara guru dengan siswa tidak efektif jika hubungan tersebut
menyebabkan siswa ribut saat melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru
didalam kegiatan pembelajaran. Suasana kelas menjadi gundah dan siswa
saling mengganggu siswa lainnya.
Agar pengaruh yang ditanamkan guru
harus memiliki nilai positif bagi siswa, maka guru harus memiliki sikap
dan tingkah laku yang baik. Tidak ada minat belajar pada diri siswa
dapat disebabkan tidak harmonisnya hubungan social antara guru dengan
menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik dan tidak membiasakan
siswa.
Perasaan malas belajar pada diri siswa disebabkan perasaan
takut kepada guru, rasa antipatik, sentimen pribadi dan sebagainya. Rasa
malas dapat berupa siswa ribut, membolos dan mengantuk disaat mengikuti
pelajaran yang disajikan guru.
Setiap orang memiliki potensi
kreatif dalam derajat yang berbeda-beda untuk itu diperlukan
kekuatan-kekuatan pendorong baik diluar (lingkungan) maupun dari dalam
individu sendiri. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk
daya kreatif individu lingkungan ini mencakup baik lingkungan dalam
arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti luas (masyarakat,
kebudayaan).
BAB II
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Lingkup Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian lapangan bersifat kuantitatif yang diuraikan
dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti yang penulis lakukan pada
lembaga pendidikan SMP Negeri 2 Pengabuan Desa Senyerang Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sedangkan yang menjadi
lingkup penelitian ini ditujukan kepada kreativitas guru dalam
membangkitkan minat belajar siswa SMP Negeri 2 Pengabuan Kecamatan
Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat .
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai test atau peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian. (Sugiyono, 1998 : 141).
Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Negeri 2 Pengabuan yang
berjumlah 12 orang, dimana mereka ini terdiri dari guru bidang studi,
guru kelas dan guru BK.
2. Sampel
Sampel adalah “sebagian
atau wakil populasi yang diteliti”. (Arikunto, 1991 : 109). Karena yang
diteliti sebagian dari populasi maka penelitian ini disebut penelitian
sampel.
Dari pengertian diatas maka penulis mengambil dua orang guru
bidang studi untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu guru
bidang studi pendidikan agama Islam dna guru bidang studi Matematika.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data
Primer adalah yang langsung penulis peroleh dari objek penelitian dan
merupakan data utama yang dikumpulkan sebagai bahan penulisan karya
ilmiah ini, dan data ini merupakan data yang berhubungan langsung dengan
topik atau permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Data
ini diperoleh langsung dari informan tentang kenyataan yang ada
dilapangan.
Adapun data primer yang akan dikumpulkan yaitu informasi
tentang proses pembelajaran, kreativitas guru di SMP Negeri 2 Pengabuan
dalam mengajar, serta kendala dan upaya mengatasinya.
b. Data Skunder
Data
Skunder adalah data yang timbul secara tidak langsung dari sumbernya
atau data yang diperoleh dalam bentuk tertulis yang didokumentasikan
dari objek penelitian bisa diperoleh dari observasi dan dokumentasi.
Dikumpulkan guna untuk memperkuat jawaban dan melengkapi data primer
dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, meliputi :
1) Letak Geograsif dan Historis SMP Negeri 2 Pengabuan
2) Keadaan guru, karyawan dan siswa sekolah
3) Keadaan perpustakaan sekolah
4) Keadaan sarana dan prasarana
2. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu orang, dokumentasi/materi
dan situasi dan peristiwa. Sumber data melalui orang seperti Kepala
Sekolah, Tata Usaha, Majlis Guru, dan para siswa/murid. Sedangkan sumber
data yang bersifat materi diperoleh melalui observasi, dokumentasi,
brosur-brosur.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat
mempelajari dan menelaah data dan fakta secara objektif, penulis
mengadakan pendekatan dan menggunakan metode yang sesuai dengan bentuk
data yang dibutuhkan seperti :
1. Metode Observasi
“Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. (Hadi, 2000 : 192).
Metode
ini digunakan untuk mengamati secara langsung kreativitas guru dalam
proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat dilihat dengan
mata kepala dalam ruang, waktu dan keadaan tertentu.
2. Metode Wawancara
“Wawancara
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan para respon
(Subagyo, 2004 : 39)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang
berkenaan dengan informasi yang dibutuhkan yang ditujukan kepada kepala
sekolah, guru bidang studi, yang semua ini dianggap sebagai upaya
pencapaian hasil yang optimal dari pelaksanaan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah data mengenai hal-hal yang variable-variabel yang berupa
catatan-catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 1991 : 202).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan :
a. Keadaan guru SMP Negeri 2 Pengabuan
b. Struktur Organisasi Sekolah
c. Keadaan siswa SMP Negeri 2 Pengabuan
d. Keadaan karyawan/karyawati
e. Keadaan sarana dan prasarana
E. Teknik Analisis Data
Setelah
semua data yang diperlukan terkumpul dan disusun menurut jenis dan
golongannya, data yang bersifat kualitatif akan dianalisa secara
kualitatif, dimana penulis akan menghubungkan antara kerangka teori
dengan kenyataan yang terdapat dilapangan. Dalam hal ini menggunakan :
1. Analisa Domain
Yaitu
analisa yang dilakukan untuk memperoleh gambaran/pengertian yang
bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang mencakup dalam
fokus atau pokok pembahasan yang sedang diteliti. (Faisal, 1990 : 90)
Analisa
Domain ini berkaitan dengan observasi secara umum terhadap apa yang
terjadi dilapangan sebagaimana yang dipaparkan dalam latar belakang
masalah. Dengan analisa domain ini diambil yang jelas-jelas saja.
2. Analisa Taksonomi
Yaitu
analisa yang dipergunakan untuk lebih memperincikan dari pada kategori
simbol domain. Pada analisa fokus penelitian yang ditetapkan terbatas
pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendiskripsikan
atau menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran penelitian. (Faisal, 1990
: 90)
Analisa taksonomi merupakan analisa yang bersifat penjajakan umum yang menyeluruh.
3. Analisa Komponensial
Yaitu analisa yang digunakan untuk mengkaji antara elemen-elemen kontras dan domain tertentu. (Faisal, 1990 : 103)
Analisa
komponensial ini merupakan analisa yang bersifat mendalam yang
berhubungan dengan sumber domain-domain yang diperoleh melalui observasi
wawancara.
Melihat pengertian diatas dapat diketahui bahwa analisa
komponensial ini adalah sebagai pembanding antara data yang satu dengan
yang lain.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan melakukan :
Pertama,
teknik trianggulasi antar sumber data, antar teknik pengumpulan data
dan antar pengumpul data, yang dalam terakhir ini peneliti akan berupaya
mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari warga di
lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan. Trianggulasi
adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Moleong, 2001: 178).
Kedua, pengecekan kebenaran informasi
kepada para informan yang telah ditulis oleh peneliti dalam laporan
penelitian (member check). Dalam kesempatan suatu pertemuan yang
dihadiri oleh para responden atau informan, peneliti akan membacakan
laporan hasil penelitian.
Ketiga, analisis kasus yang tidak sesuai
dengan hasil penelitian hingga waktu tertentu dan keempat, perpanjangan
waktu penelitian. Cara ini akan ditempuh selain untuk memperoleh bukti
yang lebih lengkap juga untuk memeriksa konsistensi tindakan atau
ekspresi keagamaan para responden / informan. Data atau informasi yang
telah dikumpulkan perlu diuji kebenarannnya (keabsahannya) melalui
teknik trianggulasi berikut :
1. Trianggulasi metode : jika informasi
atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji
dengan hasil observasi dan seterusnya;
2. Trianggulasi sumber : jika
informasi tertentu misalnya, ditanyakan kepada responden yang berbeda
atau antara responden dan dokumentasi;
3. Trianggulasi situasi :
bagaimana penuturan seorang responden jika dalam keadaan ada orang lain
dibandingkan dengan dalam keadaan sendirian.
Dengan ungkapan lain
jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ternyata tidak sama
jawaban responden atau ada perbendaan data atau informasi yang ditemukan
maka keabsahan data diragukan kebenarannya. Dalam keadaan seperti ini
peneliti harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga diketahui
informasi yang mana yang benar.